Waspadalah ketika kebiasaan menonton fim porno tersebut berubah menjadi kecanduan. Bukannya bikin urusan seks jadi nikmat, tapi malah membuat gairahnya menurun. Apa sebabnya?
Pria harus berhati-hati dengan sindrom SADD atau Seksual Attention Deficit Disorder yang biasanya terjangkit karena masalah sepele yakni keseringan nge-klik visual porno di internet. Hal itu diungkapkan seorang terapis seks yang juga pendiri Good in Bed, Ian Kemer, Ph.D.
Konselor seks terlaris dari The New York Times tersebut mengatakan kalau peningkatan pria yang terjangkit sindrom SADD kini makin meningkat tajam. Padahal, pengaruh sindrom ini sangat buruk bagi gairah seks Anda dan pasangan. Mengapa?
Mengonsumsi tayangan porno secara berlebihan di internet akan berpengaruh pada stimulasi otak, yang menyebaban pria jadi tidak fokus saat melakukan seks dengan pasangan. Demikian yang disitat dari Askmen.
Akibatnya, orang dengan sindrom SADD ini sering menemukan kesulitan untuk mempertahankan ereksi selama hubungan intim, alias mengalami ejakulasi tertunda. Parahnya, pria tersebut hanya dapat klimaks dengan rangsangan manual atau oral.
Bosan dengan aktivitas di ranjang
Pria dengan SADD cenderung menemukan kebosanan atau rasa tidak sabar selama melakukan seks dengan pasangan.
Secara fisik, mungkin Mr P akan terangsang dan bisa tegak. Tapi jangan dulu bangga, karena sebenarnya Mr P tersebut tidak sanggup mencapai gairah hingga klimaks.
Tak hanya itu saja, efek dari sindrom SADD ini membuat pria jadi minim power saat bercinta. Pasalnya, tenaga dia sudah terkuras saat melakukan masturbasi. Akhirnya, adegan ranjang tidak berjalan maksimal baik secara fisik maupun mental.
Ian Kemer mengatakan, dirinya baru menyadari SADD saat beberapa perempuan menanyakan alasan mereka sulit ejakulasi, dan sering berpura-pura saat tersadar bahwa pasangan mereka sebenarnya tidak benar-benar bergairah selama bercinta dengan mereka.
Saat menggali lebih dalam, Ian mendapati fakta baru bahwa biasanya orang-orang yang berlebihan mengonsumsi film porno cenderung melakukan masturbasi secara berlebihan.
Hal itulah yang menyebabkan gairah menurun saat di ranjang. Parahnya, banyak pria yang cenderung tak sadar seiring dengan peningkatan usia, efek dari masturbasi sangat tidak baik karena berpengaruh pada tingkat ereksi saat melakukan hubungan intim dengan pasangan.
Secara gamblang, pakar seks ini pun mengakui dirinya seorang masturbasiholic. Menurutnya, masturbasi bagi pria ibarat pelarian yang melegakan, dan setara dengan spa selama 30 detik.
Namun, seberapa pun tingkat kenikmatannya, masturbasi tidak disarankan untuk dilakukan secara berlebihan. Karena, perilaku seksual tersebut hanya akan membuat otak pria terbiasa dengan kepuasan instan.
Efeknya, ketika rangsangan fisik dialami saat benar-benar bercinta, seluruh hasrat seksual terhadap pasangan langsung menurun dan akhirnya mereka hanya bisa berfantasi selama seks untuk mempertahankan ereksi penuh.
Hal-hal yang perlu dilakukan pengidap SADD
Pertama, berikanlah waktu bagi Anda untuk mengistirahatkan agenda masturbasi, dan mengalihkan tenaga yang ada untuk pasangan. Jika masih belum sanggup mengistirahatkan secara full, kurangi frekuensi masturbasi Anda secara perlahan.
Kedua, hentikan kebiasaan mengonsumsi tayangan porno secara berlebih. Saat terlintas untuk melakukan masturbasi, segera alihkan pikiran Anda untuk mengingat kembali episode seks mengagumkan yang pernah Anda lakukan. Misalnya dengan me-rewind pengalaman erotis atau kenangan fantastis bersama pasangan.
Terakhir, perbaharui mental Anda dan pasangan. Buatlah fantasi dan eksperimen baru dalam permainan ranjang bersama pasangan.
Agar lebih fokus, tuntunlah pikiran Anda ke titik dimana Anda terangsang secara fisik dan mental sebelum Anda memulai hubungan intim.
Tak hanya itu, tanamkan pula pada pikiran bahwa Anda tidak ingin membuat pasangan kecewa dengan perlakuan seks yang kurang maksimal.
Sumber : okezone