>> <<
Quote:
Kementerian Kesehatan meluncurkan program rintisan fortifikasi vitamin A dalam minyak goreng bertepatan dengan peringatan Hari Gizi Nasional, Selasa (25/1). Fortifikasi merupakan salah satu upaya preventif menangani gizi kurang, dalam hal ini vitamin A.Hari Gizi Nasional diperingati setiap 25 Januari dan tahun ini mengambil tema ”Gizi Seimbang, Investasi Bangsa”.
Fortifikasi merupakan upaya meningkatkan mutu gizi pangan dengan menambahkan satu atau lebih zat gizi mikro pada pangan. Fortifikasi vitamin A pada minyak goreng masih merupakan kegiatan sukarela dan akan segera menjadi fortifikasi wajib setelah Standar Nasional Indonesia diterbitkan.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, fortifikasi vitamin A dalam minyak goreng masih berupa rintisan yang diawali oleh dua produsen minyak goreng. Minyak goreng dipilih sebagai media pembawa lantaran banyak dan secara luas digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Dia mengatakan, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kerusakan retina dan gangguan tumbuh kembang anak. Fortifikasi tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan.
Direktur Bina Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Minarto mengatakan, minyak goreng dianggap sebagai ”kendaraan” tepat mengingat vitamin A dalam minyak goreng fortifikasi baru akan habis setelah digunakan menggoreng sebanyak 12 kali. Dalam sebuah studi, masyarakat Indonesia ternyata menggunakan minyak goreng yang sama untuk empat kali menggoreng.
Kepentingan perdagangan
Mantan anggota Dewan Standardisasi Kelapa Sawit Indonesia, Mangku Sitepoe, beranggapan program fortifikasi pada minyak goreng lebih merupakan kepentingan perdagangan ketimbang kesehatan. ”Indonesia akan menggunakan minyak goreng yang diproduksi dari CPO (crude palm oil) sebagai kendaraan fortifikasi lantaran minyak goreng tersebut yang dominan digunakan masyarakat,” tuturnya.
Menurut Mangku, fortifikasi tidaklah perlu, cukup memakai minyak goreng dari CPO yang proses rafinasinya diperkecil. ”Proses rafinasi dan penghilangan warna menghilangkan provitamin A alami pada CPO sehingga lalu vitamin yang hilang itu digantikan lagi dengan fortifikasi. Itu, kan, ironis, apalagi untuk fortifikasi itu vitamin A diimpor dan biayanya dibebankan kepada konsumen,” paparnya.
Selain itu, minyak goreng lebih banyak sebagai media memasak sehingga selalu ada jelantah yang tidak dimakan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang pada anak balita adalah 17,9 persen. Masalah lain adalah 35,7 persen anak-anak Indonesia tergolong pendek. Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarak