Watu Singa yang dikubur pasir
Pasuran - Watu Singa (Batu Singa) tak lagi terlihat bentuknya. Abu dan pasir yang disemburkan dari kawah Gunung Bromo telah menyelimutinya. Jika dibiarkan, maka dikuatirkan lambat laun 'saksi bisu' legenda Tengger ini akan terkubur.
Watu Singa, adalah batu besar yang bentuknya menyerupai Singa sedang 'bersantai'. Lokasinya di sekitar pasir berbisik, atau hanya 1 kilometer dari kaki tangga menuju puncak bibir kawah Bromo.
Asal mula Watu Singa tak banyak yang mengetahui. Namun menurut legenda, keberadaan Watu Singa adalah salah satu bagian sejarah tentang masa lalu Gunung Bromo dan Suku Tengger.
Menurut cerita rakyat, Joko Seger seoerang pemuda biasa diangkat menjadi Adipati Wengker di kawasan Ponorogo tahun 1150 M setelah menyembuhkan Dewi Retno Wulan. Setelah sembuh, Dewi Retno Wulan pun berganati nama menjadi Loro Anteng dan dinikahkan dengan Joko Seger.
Namun pasangan tersebut tak juga dikarunai keturunan. Dalam semedinya, mereka mendapatkan beberapa petunjuk yang isinya bahwa Joko Seger dan Loro Anteng telah membuat suatu kesalahan yang menyebabkan mereka tidak dikaruniai anak untuk menebus kesalahannya Joko Seger dan Loro Anteng harus mengadakan selamatan Sepasar.
Kemudian Joko Seger dan Loro Anteng diberikan petunjuk apabila mereka ingin mempunyai keturunan mereka harus bersemedi di gunung yang diselimuti kabut rata di daerah Oro-Oro Ombo, tepatnya Gua Widodaren yang kemudian oleh Joko Seger dinamakan lautan pasir Gunung Bromo.
Dalam perjalanan di Oro-oro Ombo, tepatnya di areal watu kutho, Joko Seger harus bisa menaklukan singa terlebih dahulu sebelum menghuni di situ. Dan Joko Seger mampu mangalahkan singa.
"Sebagai bentuk penghormatan maka Singa itu berubah menjadi batu. Sampai sekarang menjadi obyek wisata," kata Trisno Sudighdo SE, warga Tengger Brang Kulon Tosari Kabupaten Pasuruan kepada detiksurabaya.com, Sabtu (1/1/2011).
Menurut Trisno Sudighdo, perjalanan pasangan Joko Seger dan Loro Anteng itu cukup panjang dan berliku-liku. Dan dari kisah yang berhasil ditelusurinya, pasangan itu telah meninggalkan sejumlah nama kawasan di berbagai tempat yang dilaluinya.
"Saya menghimpun informasi dari beberapa dukun. Dan akan saya bukukan agar legenda Tengger dan Bromo bisa diketahui khalayak luas," kata Trisno Sudighdo yang sehari-hari berwiraswasta ini.
Menurut pengagum berat almarhum Gus Dur ini, perjalanan Joko Seger dan Loro Anteng ini menjadi legenda, karena banyak meninggalkan jejak sejarah terbentuknya cikal bakal nama sebuah daerah.
"Termasuk cikal bakal upacara Kasada. Dan masyarakat banyak yang tidak tahu," kata Trisno Sudighdo yang selama ini rajin menulis legenda Tengger di blog miliknya.
[source:http://surabaya.detik.com/read/2011/01/01/192258/1537403/475/legenda-watu-singa-di-lautan-pasir-gunung-bromo?y991102465]
Watu Singa, adalah batu besar yang bentuknya menyerupai Singa sedang 'bersantai'. Lokasinya di sekitar pasir berbisik, atau hanya 1 kilometer dari kaki tangga menuju puncak bibir kawah Bromo.
Asal mula Watu Singa tak banyak yang mengetahui. Namun menurut legenda, keberadaan Watu Singa adalah salah satu bagian sejarah tentang masa lalu Gunung Bromo dan Suku Tengger.
Menurut cerita rakyat, Joko Seger seoerang pemuda biasa diangkat menjadi Adipati Wengker di kawasan Ponorogo tahun 1150 M setelah menyembuhkan Dewi Retno Wulan. Setelah sembuh, Dewi Retno Wulan pun berganati nama menjadi Loro Anteng dan dinikahkan dengan Joko Seger.
Namun pasangan tersebut tak juga dikarunai keturunan. Dalam semedinya, mereka mendapatkan beberapa petunjuk yang isinya bahwa Joko Seger dan Loro Anteng telah membuat suatu kesalahan yang menyebabkan mereka tidak dikaruniai anak untuk menebus kesalahannya Joko Seger dan Loro Anteng harus mengadakan selamatan Sepasar.
Kemudian Joko Seger dan Loro Anteng diberikan petunjuk apabila mereka ingin mempunyai keturunan mereka harus bersemedi di gunung yang diselimuti kabut rata di daerah Oro-Oro Ombo, tepatnya Gua Widodaren yang kemudian oleh Joko Seger dinamakan lautan pasir Gunung Bromo.
Dalam perjalanan di Oro-oro Ombo, tepatnya di areal watu kutho, Joko Seger harus bisa menaklukan singa terlebih dahulu sebelum menghuni di situ. Dan Joko Seger mampu mangalahkan singa.
"Sebagai bentuk penghormatan maka Singa itu berubah menjadi batu. Sampai sekarang menjadi obyek wisata," kata Trisno Sudighdo SE, warga Tengger Brang Kulon Tosari Kabupaten Pasuruan kepada detiksurabaya.com, Sabtu (1/1/2011).
Menurut Trisno Sudighdo, perjalanan pasangan Joko Seger dan Loro Anteng itu cukup panjang dan berliku-liku. Dan dari kisah yang berhasil ditelusurinya, pasangan itu telah meninggalkan sejumlah nama kawasan di berbagai tempat yang dilaluinya.
"Saya menghimpun informasi dari beberapa dukun. Dan akan saya bukukan agar legenda Tengger dan Bromo bisa diketahui khalayak luas," kata Trisno Sudighdo yang sehari-hari berwiraswasta ini.
Menurut pengagum berat almarhum Gus Dur ini, perjalanan Joko Seger dan Loro Anteng ini menjadi legenda, karena banyak meninggalkan jejak sejarah terbentuknya cikal bakal nama sebuah daerah.
"Termasuk cikal bakal upacara Kasada. Dan masyarakat banyak yang tidak tahu," kata Trisno Sudighdo yang selama ini rajin menulis legenda Tengger di blog miliknya.
[source:http://surabaya.detik.com/read/2011/01/01/192258/1537403/475/legenda-watu-singa-di-lautan-pasir-gunung-bromo?y991102465]