Baru setahun SBY berduet dengan Boediono, tanda-tanda keretakan mulai tampak. Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti membaca tanda-tanda keretakan duet yang diusung koalisi tambun itu.
Ray menunjukkan dua indikasi keretakan duet SBY-Boediono. Pertama, penolakan terhadap reshuffle kabinet. Kedua, absennya Boediono saat kunjungan Obama. Ketakhadiran Boediono merupakan sesuatu yang sangat tidak lazim untuk kunjungan tamu negara yang sangat penting.
"Saya melihat memang ada keretakan antara Presiden dan Wapres. Saya melihatnya dari pernyataan Boediono sendiri waktu di China soal ketidaksetujuannya terhadap reshuffle. Ini melawanan dengan kehendak Partai Demokrat," kata Ray
Menurut Ray, Boediono mulai kehilangan kesabaran karena selama ini fungsinya sebagai Wapres hanya seperti ban serep dan lebih parah dari peran wapres di zaman Orde Baru.
"Boediono tak mau dianggap lagi sebagai Wapres yang semata-mata hanya ban serep, tidak bekerja apa-apa kecuali dikasih pekerjaan. Ini lebih parah dari Wapres zaman Orde Baru," tukasnya.
Ia membaca ketidaksetujuan Boediono terhadap reshuffle bermakna dua hal. Pertama, Boediono ingin mengubah gaya sebagai wapres. Kedua, dia ingin mengikrarkan sebagai the real Wapres yang perlu dimintai pendapatnya.
Keretakan semakin kentara, kata Ray, ketika Presiden AS Barack Obama berkunjung 9-10 November 2010. "Boediono betul-betul tidak tampak batang hidungnya. Dalam tradisi negara kita, hampir tak pernah terjadi, Presiden dan Wapres tidak bersamaan di satu tempat saat ada kunjungan presiden AS," urainya.
source: http://nasional.inilah.com/read/detail/986472/keretakan-sby-boediono-makin-jelas-terlihat/